i live my life, i am alive!

Selasa, 13 April 2010

L - My Past (Death Note)

ini fanfict pertama bikinan gue. emm, gue bikin ini waktu kelas 8. ya, bagi penggemar death note, tokoh L merupakan tokoh yang palin gmisterius, jadi dengan menggunakan imajinasi gue, gue ngarang aja deh. semoga pada suka yaa.

L - My Past

Saat aku mulai menyadari kalau aku hidup di dunia, aku sudah berada di sebuah lorong gelap berbau busuk dan tua. Ada sungai dekat situ. Aku tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, tapi aku tahu aku berumur 5 tahun, namaku L. Lawliet dan aku sekarang berada di Jerman. Saat itu aku merasa lapar. Walau aku tak memiliki cukup tenaga, aku mulai berdiri dan berjalan untuk mencari makanan. Entah apa yang terjadi dulu, aku tidak terbiasa berdiri tegak. Aku sedikit bungkuk, aku juga suka sekali mengisap jempol.

Aku mendapat makanan dari sekitar tempat sampah. Makanan yang paling kusukai adalah puding. Aku juga tahu rasa puding itu ‘manis’. Entah berapa lama aku hidup terlunta-lunta seperti itu. Biasanya untuk mengisi waktu luang, aku mengambil koran yang tergeletak sembarangan dijalan, membacanya (aku tak tahu kenapa aku bisa membaca) dan mengisi teke teki silangnya, dengan pensil patah yang ada dilingkungan sekitarku.

Suatu hari, saat aku sedang makan cokelat, seorang wanita menghampiriku dan mengenalkan dirinya sebagai suster Nadine. Aku tak begtiu ingat tentangnya, yang aku ingat hanya, aku akhirnya dipungut olehnya dan aku selalu dikasarinya. Hingga akhirnya aku dibuangnya. Hidupku kembali terlunta-lunta.

Satu tahun kemudian, di celah sempit antara tempat sampah-tempat sampah saat petir berbunyi, aku menemukan seorang bayi laki-laki berumur 8 bulan (sepertinya) karena aku merasa kasihan padanya, maka aku memangkunya. Mulai gerimis, dan petir semakin kencang menyerang gendang telinga. Bayi itu mulai menangis. Aku memeluknya. Melindunginya dari air hujan. Tak apa, biarlah aku yang basah. Aku tertidur setelah itu.

Aku terbangun dengan celotehan bayi yang ku peluk. Tersentak. Perutku berbunyi. Aku melihat sekeliling. Ah.. ada puding. Sambil menggendong bayi itu aku mengambil puding yang tinggal setengah. Untung sendoknya masih ada. Aku kembali duduk (aku baru menyadari, cara dudukku aneh sekali! Tapi tak enak kalau tidak duduk seperti ini). Sambil menikmati puding, aku juga menyuapi bayi ini. Tapi bayi ini ternyata tidak terlalu suka makanan manis. Untuk menghiburnya, setelah makan aku mengaduk tempat sampah, dan menemukan sebuah mainan mobil-mobilan kecil, aku berikan padanya. Dia tampak senang sekali memegangnya. Tertawa-tawa. Aku ikut tertawa. Tiba-tiba dia menoleh padaku, dan berceloteh,
“net..”
“apa?” tanyaku heran.
Dia  mengacungkan kalung mungil yang tergantung pada lehernya. Pada liontinnya terdapat sebuah kata.
Nate River. Itu yang tertulis pada kalung itu.
“Nate.. itu namamu, bayi kecil?” aku tersenyum.
Anak itu acuh tak acuh dia masih memainkan mobil-mobilannya tapi dalam diam, apa dia ingin memberi tahu namanya padaku ya?? Pikirku. Aku perhatikan sekelilingku. Siapa tahu ada koran terbuang. Aku berdiri, meletakkan Nate di tanah dan mulai mencari. Tidak ada. Yang aku temukan adalah pensil sependek jari manisku. Aku menggigit jempolku. Dan duduk di sebelah Nate yang sedang tengkurap menjalankan mobil-mobilan. Merangkak. Tak lama kemudian Nate tertidur.
Tak terasa, sudah setahun aku hidup bersama Nate. Dia sudah seperti adikku. Di tahun inilah, aku bertemu dengan Quillsh Wammy. Watari.
Suatu hari, aku sedang memungut sebuah ceri dan memasukkannya kedalam mulutku. Seseorang menghampiriku(sebenarnya, menghampiri Nate..). Orang yang kira-kira usianya 30an. Dia berkata,
“anak manis sedang apa disini??”
Nate sedang memegang sebuah pesawat mainan lusuh yang baru ditemuinya. Sesegera mungkin aku menghampiri Nate.
“maaf tuan, ini adik saya,” ucapku
“siapa namamu?” tanyanya padaku
“L. Lawliet.”
“L. Lawliet.. nama yang indah.”
Aku terharu. Baru sekali aku mendengar orang lain menyebut namaku dan lagi, pria ini memujinya.
“siapa anda, tuan?”
“aku Roger..”
Roger..
“Lawliet.. ah bukan,  malaikat kecil.. siapa nama adik kecilmu ini??”
“Nate,”
NEAR!!” teriak Nate.
“ah, namanya Nate River.” Kataku.
Roger menghampiri Nate, mengeluarkan empat buah benda berbentuk kubus dengan banyak titik-titik di setiap sisinya dari sakunya dan menyodorkannya ke Nate.
“apa itu, Tuan?” tanyaku.
Nate tampak tertarik dan mengambilnya, pesawatnya ditaruhnya disamping mainan lamanya. Mengamati benda-benda itu dengan seksama.
“itu namanya Dadu, malaikat kecil” kata Roger.
“dadu?” aku baru sekali mendengar nama itu.
“yaa. Dadu," kata Roger meyakinkan.
Nate sedang menusun dadu-dadu itu. Aku melihat koran terselip di belakang tempat sampah. Aku mengambilnya dan mulai membacanya.
“kau bisa baca?” tanya Roger
“ya”
“sudah berapa lama kau tinggal disini?”
“hidup saya dan Nate berpindah-pindah dari satu lorong ke lorong lain,”
“hm.. apa yang suka kau baca dari koran?”
“saya suka membaca tentang berita kriminal. Dan kadang saya suka menuliskan pendapat saya di sebelah berita tersebut. Saya suka mengisi teke-teki silang. Saya juga senang membaca tentang politik.”
“baiklah, apa pendapatmu  tentang berita ini?” Roger menunjuk berita tentang seseorang perampok bank yang kabur dan melukai seorang nasabah bank dan seorang pegawai bank tersebut.
“berita ini terlalu membesar-besarkan. Perampok bank itu pasti sedang megincar bank lain. Tangkap dia saat itu,”
“tapi, malaikat kecil.. itu tak gampang,”
“sebelum itu kita harus menyelidiki siapa perampok bank itu, disini dikatakan dia adalah seorang pengangguran, bernama Roosev. Keturunan Rusia. Pelajari kepribadiannya dari data pribadinya. Perhatikan bagaimana caranya dia menjarah bank. Dari situ akan ketahuan bank mana yang akan diincarnya selanjutnya. Perhaikan juga pendidikkannya, dimana tempat tinggalnya. Siapkan mata-mata untuk membuntutinya.”
Entah apa yang dipikirkan Roger, dia terdiam cukup lama, kemudian tersenyum.
“kau hebat, malaikat kecil..” katanya. Sambil menyerahkan dadu lagi kepada Nate. (sebenarnya, dia punya berapa dadu di sakunya??)
“aku jadi ingin sekali membawamu.. ah, tidak aku ingin mengenalkanmu pada temanku..”
Aku diam saja.
“baiklah, aku pamit dulu. Aku akan mengunjungi kalian lagi. Ku harap kau tak berpindah tempat.” Katanya sambil berdiri. Dan mulai berjalan. Aku hanya memandangi punggungnya. Ada perasaan aneh. Aku sudah merasa sangat dekat dengan Roger. Sudah kuputuskan, aku tak kan berpindah tempat malam ini.
Nate masih menyusun 10 buah dadu. Membentuk sebuah gedung.
Esok harinya..
Roger memang mengunjungi kami lagi. Dia datang bersama temannya, yang bernama Quillsh Wammy. Seperi yang kubaca di koran, Quillsh datang ke Jerman untuk menerima nobel pengharagaan atas penemuan.
“malaikat kecil.. Nate.. perkenalkan ini temanku, Quillsh.”
“salam kenal, saya L. Lawliet dan adik saya Nate River.”
“salam kenal, L. Nate”
Aku terpana, baru sekali orang memanggilku L. rasanya singkat sekali.
“malaikat kecil.. Quillsh sangat tertarik padamu. Mengobrollah dengannya. Quillsh adalah orang yang pintar,”
“tuan Roger.. jangan panggil saya malaikat kecil lagi.. panggil saya Lawliet,”
“aah, baiklah.. Lawliet, aku akan bermain-main dengan Nate,” katanya membuka plastik dan mengeluarkan sebuah kotak. Kotak terbuka dan aku melihat banyak sekali potongan-potongan kertas bergambar. Roger menunjukkan pada Nate. Nate tertarik dan, dibantu Roger, Nate menyusun potongan gambar-gambar tersebut. Ajaib!! Susunan potongan gambar tersebut bisa membentuk sebuah gambar yang lebih besar. Apa nama benda itu?
“itu puzzle,” kata Quillsh, membaca pikiranku.
Aku diam.
“L, dengar. Aku punya sebuah rencana. Maukah kau ikut, maksudku kau juga Nate ikut Aku dan Roger ke Inggris??”
Inggris?? Pikirku. Aku pernah membaca kata Inggris di koran, dulu sekali. Sayangnya, aku tak dapat banyak keterangan tentang Inggris, karena koran itu sobek dibagian artikel tentang Inggris.
“tuan mengajak saya makan?”
“makan?” Quillsh terlihat bingung
“saya pikir ‘Inggris’ adalah nama sebuah restoran.” Aku mengisap jempolku.
“tidak, Inggris adalah sebuah negara.” Tak ada nada mencela dalam suaranya.
“untuk apa mengajak saya?”
“aku ingin mengasah kemampuanmu. Aku sedang membuat proyek untuk mengasah kemampuan anak-anak berkemampuan atau berbakat khusus.”
“saya tak punya kemampuan apapun, yang saya bisa hanya mengisap jempol, membungkuk, dan makan-makanan manis.” Kataku sedih.
“kau punya kemampuan kalau aku bilang punya.”
“apa kemampuan saya?”
“kudengar dari Roger, kau pintar analisis dan menyusun rencana,” Quillsh tersenyum.
Aku mendesah,
“kau bersedia?”
Aku masih diam. Quillsh menungguku mengatakan sesuatu.
“…ya, baiklah,” kataku.
“baiklah, ikut aku ke dalam mobil.” Kata Quillsh padaku. Kemudian, “Roger, ayo, kita segera pulang.”
Roger menggendong Nate yang sedang menyusun puzzle, dan dinaikan ke dalam mobil. Kami segera berangkat ke Inggris.
“L.. itu namamu. Dan panggil Nate dengan Near,” kata Roger.
“untuk apa mengubah nama kami?” tanyaku heran.
“untuk jaga-jaga, dan panggil Quillsh dengan Watari,”
“kau akan kami ajarkan berbahasa Inggris dan Jepang L..” kata Quillsh.
“kita tinggal di Winchester, Inggris. Di panti asuhan Wammy’s House.” Kata Roger.
Mulai saat itulah, aku tinggal bersama Watari selama 5 tahun, kami tinggal di Wammy’s House. Watari sangat banyak membantuku, dia punya andil besar dalam perubahan hidupku. Dan anak-anak sepertiku, seperti Near, Mello, Linda, Matt. Selama di Inggris aku pernah menjuarai kejuaraan tenis junior. Setelah itu aku tinggal di Jepang. Mempunyai banyak peran dalam pemecahan kasus kriminial. Aku jiga punya banyak kepribadian. Jika aku L, maka aku adalah aku. Kalau aku menjadi Erald Coil, aku harus jadi haus uang. Sampai aku harus bertemu Kira, dan sebuah buku yang mengandung kekuatan aneh(death note), juga shinigami.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates